Masa-Masa Kelam di SMA
SMA Negeri 72 memang terkenal dengan kenakalan siswa maupun
siswinya. Tetapi, tidak mengurungkan niat Naura untuk pindah ke sekolah
tersebut.
Naura : “Sekolah baru. Aku harap, kejadian di sekolah lama ku
dulu, gabakal terulang lagi di SMA ini”
Hari Senin adalah hari pertama Naura bersekolah di SMA Negeri
72. Dia masuk ke kelas XI MIA 1. Saat Naura sedang membaca buku di bangkunya, Retta
menghampiri Naura.
Retta : “Eh? Anak baru, ya? Kenalin, gue Retta” (Retta mengulurkan tangann dan berjabat
tangan dengan Naura”
Naura : “Naura”
Retta : “Oh iya, ngomong-ngomong, lo duduk sendiri?”
Naura : “Iya, soalnya cuma disini tempat yang kosong”
Retta : “Yaudah, kalo gitu lo duduk sama gue aja, gue juga duduk sendiri kok”
Naura : (berfikir sebentar) “Hmm… Boleh deh”
Retta : “Yaudah, ayo ke tempat gue”
tangan dengan Naura”
Naura : “Naura”
Retta : “Oh iya, ngomong-ngomong, lo duduk sendiri?”
Naura : “Iya, soalnya cuma disini tempat yang kosong”
Retta : “Yaudah, kalo gitu lo duduk sama gue aja, gue juga duduk sendiri kok”
Naura : (berfikir sebentar) “Hmm… Boleh deh”
Retta : “Yaudah, ayo ke tempat gue”
Tidak lama, Prishill dan Riana datang dan masuk ke kelas.
Prishill : “Eh, anak baru ya? Kenalin, nama gue Prishill.”
(Prishill mengulurkan tangan untuk
berjabat tangan dengan Naura ; Prishill melihat uluran tangan Riana yang seakan-
akan kotor dan kembali menarik tangannnya)
Pishilll : “Kayak gausah salaman deh, tangan lo kotor gitu, nanti tangan gue kena virus lagi”
(Prishill dan Riana tertawa di hadapan Naura)
Riana : “Oh iya, kalo gue Riana. Dari tadi diajak ngomong kok diem aja, lo bisa ngomong
kan? Nama lo siapa??" (Prishill dan Riana tertawa lagi)
Naura : “Nama gue Naura”
Prishill : “Oh, Naura. Selamat datang ya di sekolah ini. (Prishill berbisik ke Naura) Kalo ga
nyaman, pindah aja dari sini. Udah yuk, Ri, kita cabut ke kantin aja.”
berjabat tangan dengan Naura ; Prishill melihat uluran tangan Riana yang seakan-
akan kotor dan kembali menarik tangannnya)
Pishilll : “Kayak gausah salaman deh, tangan lo kotor gitu, nanti tangan gue kena virus lagi”
(Prishill dan Riana tertawa di hadapan Naura)
Riana : “Oh iya, kalo gue Riana. Dari tadi diajak ngomong kok diem aja, lo bisa ngomong
kan? Nama lo siapa??" (Prishill dan Riana tertawa lagi)
Naura : “Nama gue Naura”
Prishill : “Oh, Naura. Selamat datang ya di sekolah ini. (Prishill berbisik ke Naura) Kalo ga
nyaman, pindah aja dari sini. Udah yuk, Ri, kita cabut ke kantin aja.”
Prishill dan Riana meninggalkan Riana di kelas. Prishill dan
Retta pun menghampiri Yeremia dan juga Rizky yang satu geng dengan mereka.
Prishill : “Eh guys! Lo tau ga, di kelas kita ada anak baru!
Aneh deh anaknya, kaca mata-an
gitu.”
Rizky : “Terus kenapa deh?”
Riana : “Duh gimana sih kalian! Ya jelas kita kerjain dia lah!”
Yeremia : “Yaampun, Ri, Shill, lo ga cape apa nge-bully orang-orang terus? Gue aja cape
ngikutin kalian terus, ya gak, Ki? (Yeremia menyenggol Rizky dan dibalas dengan
anggukan oleh Rizky)
Prishill : “Udah deh ya, gue gamau tau, kalian harus ikutin rencana-rencana gue sama Riana dan gue ga terima penolakkan!” (Prishill langsung menggandeng Riana dan kembali ke kelas, sementara Rizky dan Yabes hanya geleng-geleng kepala)
gitu.”
Rizky : “Terus kenapa deh?”
Riana : “Duh gimana sih kalian! Ya jelas kita kerjain dia lah!”
Yeremia : “Yaampun, Ri, Shill, lo ga cape apa nge-bully orang-orang terus? Gue aja cape
ngikutin kalian terus, ya gak, Ki? (Yeremia menyenggol Rizky dan dibalas dengan
anggukan oleh Rizky)
Prishill : “Udah deh ya, gue gamau tau, kalian harus ikutin rencana-rencana gue sama Riana dan gue ga terima penolakkan!” (Prishill langsung menggandeng Riana dan kembali ke kelas, sementara Rizky dan Yabes hanya geleng-geleng kepala)
Sudah seminggu Semenjak pindah ke SMA Negeri 72, Naura semakin sering mendengar
ejekan dari Prishill dan anggota kelompok geng nya itu. Hari itu, bel istirahat
pun berbunyi. Naura dan Retta pun keluar kelas dan hendak ke kantin.
Prishill : (Prishill menyelengkat kaki Naura sampai Nauraa
jatuh) “Oops! Sorry, sengaja!”
(Prishill dan anggota geng nya tertawa melihat Naura jatuh)
Retta : “Shill, kok lo tega sih?! Nauraa, ayo sini gue bantu bangun” (Retta membantu Retta
berdiri)
Prishill : “Aduh, sakit ya? Makanya kalo jalan tuh dipake dong matanya!” (Prishill mengejek
dan meninggalkan Retta dan Naura)
Retta : “Sumpah ya, Prishill itu tega banget! Suka banget menindas orang lemah! Lo gapapa
kan, Ra?”
Naura : “Gapapa kok, Ta. Makasih ya udah mau bantuin gue” (Retta mengangguk)
(Prishill dan anggota geng nya tertawa melihat Naura jatuh)
Retta : “Shill, kok lo tega sih?! Nauraa, ayo sini gue bantu bangun” (Retta membantu Retta
berdiri)
Prishill : “Aduh, sakit ya? Makanya kalo jalan tuh dipake dong matanya!” (Prishill mengejek
dan meninggalkan Retta dan Naura)
Retta : “Sumpah ya, Prishill itu tega banget! Suka banget menindas orang lemah! Lo gapapa
kan, Ra?”
Naura : “Gapapa kok, Ta. Makasih ya udah mau bantuin gue” (Retta mengangguk)
Hari-hari berlalu dengan masih sama. Prishill dan anggota
geng nya yang terus mem-bully Naura. Pernah
suatu hari, Yeremia dan Riana sedang melihat mading sekolah, lalu lewatlah
Naura.
Yeremia : “Eh, Naura! Buru-buru banget sih”
Naura : “Apaan sih! Lepasih deh!”
Riana : “Songong banget sih lo jadi orang!”
Yeremia : “Kamu mau kemana? Ke kantin ya? Mau ditemenin?” (Yabes menempelkan kertas
di punggung Naura)
Naura : “Lepasin!” (Naura pergi meninggalkan Yeremia dan Riana yang tertawa melihat
kertas yang ada di punggung Naura. Dari kejauhan, Rizky melihat mereka)
Naura : “Apaan sih! Lepasih deh!”
Riana : “Songong banget sih lo jadi orang!”
Yeremia : “Kamu mau kemana? Ke kantin ya? Mau ditemenin?” (Yabes menempelkan kertas
di punggung Naura)
Naura : “Lepasin!” (Naura pergi meninggalkan Yeremia dan Riana yang tertawa melihat
kertas yang ada di punggung Naura. Dari kejauhan, Rizky melihat mereka)
Saat itu hari Kamis, Riana terpaksa pulang jalan kaki karena
orang tua nya tidak bisa menjemputnya.
Prishill : “Eh, guys!
Lo liat ga itu siapa?”
Yeremia : “Itu si Naura bukan sih?”
Retta : “Iya, Naura tuh! Sendirian aja dia, kita kerjain aja yuk!”
Prishill : “Satu pikiran kita! Gimana kita palakin dia aja?”
Rizky : “Wah boleh tuh! Pas banget gue lagi laper, hehehe (sambil mengelus perutnya yang
keroncongan)
Yeremia : “Itu si Naura bukan sih?”
Retta : “Iya, Naura tuh! Sendirian aja dia, kita kerjain aja yuk!”
Prishill : “Satu pikiran kita! Gimana kita palakin dia aja?”
Rizky : “Wah boleh tuh! Pas banget gue lagi laper, hehehe (sambil mengelus perutnya yang
keroncongan)
-Riana dan Yeremia menghampiri Riana-
Riana : “Eh, Naura! Sendirian aja?”
Naura : (kaget) “Loh, kalian?”
Yeremia : “Kenapa? Kaget ya? Maaf ya kalo kita-kita ngagetin kamu” (dengan nada pura
pura baik)
Naura : “Kalian ada perlu apa sama gue?”
Yeremia : “Widih, ngeri banget! Kita gabakal ngapa-ngapain lo kok, cuma….”
Riana : “Cuma gini, kita-kita nih laper banget. Bagi duit dong! Atau ga, lo traktir kita-kita!”
Naura : “Aduh, maaf ya. Tapi gue juga gapunya uang”
Yeremia : “Ah, bohong lo! Coba sini gue liat tas lo!” (Riana dan Yeremia menarik paksa tas
Naura dan mencari dompet Naura. Setelah dapat, Riana menggambil uang
sebesar lima puluh ribu dari dompet Naura)
Riana : “Ini apaan? Menurut lo ini bukan duit? Kan, gue bilang juga apa, dia bohong!”
Yeremia : “Lumayan kan, bisa buat beli mie ayam kita! (mereka tertawa bersama) Yaudah, lo
lo pulang gih sana! Nanti bokap nyokap lo nyariin anak kesayangan nya ini lagi.
(Prishill berbicara dengan nada pura-pura baik sambil mengelus rambut Naura)
Naura : “Kalian kok gitu sih?! Balikin dong duit gue! Itu kan duit tabungan gue!”
RIana : “Ah udahlah gausah banyak omong! Gih sana lo pulang! Inget ya, jangan coba
coba ngadu sama orang tua lo! Ngomong-ngomong makasih ya duitnya! Bye!”
(Yeremia dan yang lain langsung meninggalkan Naura)
Naura : “Eh kalian! Jangan pergi! Balikin duit gue! Yaampun, kenapa mereka tega banget sih! Terpaksa pulang jalan kaki deh…”
Naura : (kaget) “Loh, kalian?”
Yeremia : “Kenapa? Kaget ya? Maaf ya kalo kita-kita ngagetin kamu” (dengan nada pura
pura baik)
Naura : “Kalian ada perlu apa sama gue?”
Yeremia : “Widih, ngeri banget! Kita gabakal ngapa-ngapain lo kok, cuma….”
Riana : “Cuma gini, kita-kita nih laper banget. Bagi duit dong! Atau ga, lo traktir kita-kita!”
Naura : “Aduh, maaf ya. Tapi gue juga gapunya uang”
Yeremia : “Ah, bohong lo! Coba sini gue liat tas lo!” (Riana dan Yeremia menarik paksa tas
Naura dan mencari dompet Naura. Setelah dapat, Riana menggambil uang
sebesar lima puluh ribu dari dompet Naura)
Riana : “Ini apaan? Menurut lo ini bukan duit? Kan, gue bilang juga apa, dia bohong!”
Yeremia : “Lumayan kan, bisa buat beli mie ayam kita! (mereka tertawa bersama) Yaudah, lo
lo pulang gih sana! Nanti bokap nyokap lo nyariin anak kesayangan nya ini lagi.
(Prishill berbicara dengan nada pura-pura baik sambil mengelus rambut Naura)
Naura : “Kalian kok gitu sih?! Balikin dong duit gue! Itu kan duit tabungan gue!”
RIana : “Ah udahlah gausah banyak omong! Gih sana lo pulang! Inget ya, jangan coba
coba ngadu sama orang tua lo! Ngomong-ngomong makasih ya duitnya! Bye!”
(Yeremia dan yang lain langsung meninggalkan Naura)
Naura : “Eh kalian! Jangan pergi! Balikin duit gue! Yaampun, kenapa mereka tega banget sih! Terpaksa pulang jalan kaki deh…”
Prishill dan anggota geng nya pun pergi ke warung makan dekat
SMA Negeri 72.
Prishill : “Wah, keren banget tadi kalian (tertawa kecil).
Gue sampe pengen ketawa liat
wajah melasnya itu!” (mereka tertawa)
Rizky : “Eh tapi menurut kalian, dia bakal ngadu ke orang tuanya ga?”
Yeremia : “Yaelah! Anak kayak dia mah mana berani ngadu!”
Riana : “Aduh, kalian! Masih aja sih bahas anak cupu itu! Mending makan yuk keburu
dingin!”
wajah melasnya itu!” (mereka tertawa)
Rizky : “Eh tapi menurut kalian, dia bakal ngadu ke orang tuanya ga?”
Yeremia : “Yaelah! Anak kayak dia mah mana berani ngadu!”
Riana : “Aduh, kalian! Masih aja sih bahas anak cupu itu! Mending makan yuk keburu
dingin!”
Hari pun berganti, hari itu adalah hari Kamis minggu terakhir
di bulan Maret. Murid-murid SMA Negeri 72 pun diwajibkan untuk memakai batik
bebas.
Retta : “Eh, Ra! Batik lo bagus deh! Beli dimana?”
Naura : “Ah, nggak ko, Ta. Ini batik mama gue. Gue dirumah gapunya batik. Lo tau kan
sekarang batik itu mahal banget, gue mana bisa beli!”
Retta : “Duh, Ra, apa perlu gue beliin satu buat lo?”
Naura : “Gausah, Ta. Selama ada yang bisa dipake, buat apa beli yang baru?”
Retta : “Tapi kan, Ri, itu bat…. (dipotong oleh Naura)”
Naura : “Udahlah, Ta. Santai aja”
Naura : “Ah, nggak ko, Ta. Ini batik mama gue. Gue dirumah gapunya batik. Lo tau kan
sekarang batik itu mahal banget, gue mana bisa beli!”
Retta : “Duh, Ra, apa perlu gue beliin satu buat lo?”
Naura : “Gausah, Ta. Selama ada yang bisa dipake, buat apa beli yang baru?”
Retta : “Tapi kan, Ri, itu bat…. (dipotong oleh Naura)”
Naura : “Udahlah, Ta. Santai aja”
Tiba-tiba, Prishill dan anggota geng nya datang menghampiri
Naura dan Retta.
Prishill : “Eh liat deh! Batik Naura bagus banget! Ketauan banget
batiknya mahal, iya kan,
Ri?”
Retta : “Nggak kok, Shill. Biasa aja. Kenapa deh lo tiba-tiba dateng terus muji gitu?”
Prishill : “Gapapa sih, cuma aneh aja”
Retta : “Aneh kenapa, Shill?”
Prishill : “Lo gak malu apa samping-sampingan sama Naura? Lo liat dong! Batiknya aja udah
dekil kayak gitu!”
(Naura menundukkan kepalanya)
Retta : “Apaan sih, Shill! Dijaga dong kata-kata lo!”
Riana : “Ra, apa yang Prishill bilang bener kali! Lo liat tuh! Motifnya aja udah gajelas apaan.
Iya gak, Shill?”
Prishill : “Iya lah! (Prishill mengangkat wajah Naura) Uh sayang, kenapa? Sedih ya? Maaf ya,
kita cuma….”
Prishill & Riana : “SENGAJA!” (berbicara berbarengan)
Riana : “Udah yuk, Shill kita pergi aja!” (Retta dan Prishill meninggalkan Naura dan Retta)
Ri?”
Retta : “Nggak kok, Shill. Biasa aja. Kenapa deh lo tiba-tiba dateng terus muji gitu?”
Prishill : “Gapapa sih, cuma aneh aja”
Retta : “Aneh kenapa, Shill?”
Prishill : “Lo gak malu apa samping-sampingan sama Naura? Lo liat dong! Batiknya aja udah
dekil kayak gitu!”
(Naura menundukkan kepalanya)
Retta : “Apaan sih, Shill! Dijaga dong kata-kata lo!”
Riana : “Ra, apa yang Prishill bilang bener kali! Lo liat tuh! Motifnya aja udah gajelas apaan.
Iya gak, Shill?”
Prishill : “Iya lah! (Prishill mengangkat wajah Naura) Uh sayang, kenapa? Sedih ya? Maaf ya,
kita cuma….”
Prishill & Riana : “SENGAJA!” (berbicara berbarengan)
Riana : “Udah yuk, Shill kita pergi aja!” (Retta dan Prishill meninggalkan Naura dan Retta)
Naura yang sangat sedih dipermalukan seperti itu langsung
lari ke kamar mandi dan menangis. Retta pun mengejar Naura.
Nauraa : “Kenapa sih?! Kenapa gue yang selalu di-bully? Apa sih yang salah dari gue? Gue
kayaknya, gapernah deh sedetik pun ganggu mereka!”
Retta : (menggedor-gedor pintu kamar mandi) “Ra! Buka pintunya, R!”
Naura : “Udahlah, Ta! Tinggalin aja gue sendiri!”
Retta : “Ra, bukan gini cara nyelesain masalah! Ayo, Ri, buka pintunya!”
kayaknya, gapernah deh sedetik pun ganggu mereka!”
Retta : (menggedor-gedor pintu kamar mandi) “Ra! Buka pintunya, R!”
Naura : “Udahlah, Ta! Tinggalin aja gue sendiri!”
Retta : “Ra, bukan gini cara nyelesain masalah! Ayo, Ri, buka pintunya!”
Akhirnya Naura membuka pintu nya dan bercerita kepada Retta.
Naura : “Ta, gue selalu kayak gini dari SMP. Selalu di-bully kayak gini. Padahal, gue aja
gakenal sama mereka-mereka. Gue bingung apa yang buat mereka nge-bully gue
terus-terusan. Gue cape, Ta!”
Retta : “Ra, gue rasa, lo harus belajar buat ngelawan atau nolak perintah-perintah mereka.
Gue rasa, kalo lo bisa lawan mereka, mereka bakal cape sendiri dan berhenti jahatin
lo!”
Naura : “Itu….udah sering gue lakuin, Ta. Tapi, mereka seakan-akan punya banyak cara buat
jahatin gue”
Retta : “Gue tau lo pasti bisa, Ra! Gue bakal bantu lo usaha kok!”
Naura : (menghela nafas) “Makasih banyak ya, Ta. Gue gatau harus cerita ke siapa lagi”
Retta : “Gapapa kali, kita kan temen” (Naura dan Retta saling tersenyum)
gakenal sama mereka-mereka. Gue bingung apa yang buat mereka nge-bully gue
terus-terusan. Gue cape, Ta!”
Retta : “Ra, gue rasa, lo harus belajar buat ngelawan atau nolak perintah-perintah mereka.
Gue rasa, kalo lo bisa lawan mereka, mereka bakal cape sendiri dan berhenti jahatin
lo!”
Naura : “Itu….udah sering gue lakuin, Ta. Tapi, mereka seakan-akan punya banyak cara buat
jahatin gue”
Retta : “Gue tau lo pasti bisa, Ra! Gue bakal bantu lo usaha kok!”
Naura : (menghela nafas) “Makasih banyak ya, Ta. Gue gatau harus cerita ke siapa lagi”
Retta : “Gapapa kali, kita kan temen” (Naura dan Retta saling tersenyum)
Suatu hari, saat itu sedang bel istirahat, Naura dan Retta
pun pergi ke kanting untuk membeli makanan. Sementara, minuman Naura yang ada
di kelas menjadi pusat perhatian Prishill dan Riana.
Riana : “Shill, lo liat deh. Botol minum nya Naura nganggur
tuh, kita masukin garam aja yuk!”
Prishill : “Yaampun! Tumben lo pinter? (Ketawa kecil) Lo udah siapin garam nya?”
Riana : (mengeluarkan plastic kecil berisi garam)
Prishill : “Keren! Kita langsung aja yuk”
Prishill : “Yaampun! Tumben lo pinter? (Ketawa kecil) Lo udah siapin garam nya?”
Riana : (mengeluarkan plastic kecil berisi garam)
Prishill : “Keren! Kita langsung aja yuk”
Riana dan Prishill pun memasukkan garam ke dalam botol minum
Naura. Setelah selesai, Riana dan Prishill kembali duduk di tempat duduk
mereka. Tak lama, Naura dan Retta kembali ke kelas. Saat Naura sedang makan, ia
pun minum. Naura merasa minumannya asin dan pergi keluar kelas dan
memuntahkannya. Riana dan Prishill keluar kelas dan menertawakan Naura.
Banyak sekali yang Prishill, Riana, Yeremia, serta Rizky
lakukan ke Naura. Pernah saat itu, Yeremia meminta PR Naura karena Yeremia lupa
mengerjakan PR. Yeremia meminta secara paksa karena Naura tidak mau
meminjamkan.
Yeremia : “Woy, Naura! Lo udah kerjain PR Kimia?”
Naura : “Udah, kenapa?”
Yeremia : “Gue liat punya lo dong!”
Naura : “Gak ah, lo kan bisa kerjain sendiri!”
Yeremia : “Kok lo ngelawan sih! Sini gak buku lo!”
Naura : “Gak mau!”
(Yeremia dan Naura Tarik-tarikan buku dan akhirnya Yeremia berhasil mendapatkan buku Naura)
Yeremia : “Lo tuh harus turutin omongan gue! Ngerti lo!”
(Yeremia meninggalkan Naura yang menunduk)
Naura : “Udah, kenapa?”
Yeremia : “Gue liat punya lo dong!”
Naura : “Gak ah, lo kan bisa kerjain sendiri!”
Yeremia : “Kok lo ngelawan sih! Sini gak buku lo!”
Naura : “Gak mau!”
(Yeremia dan Naura Tarik-tarikan buku dan akhirnya Yeremia berhasil mendapatkan buku Naura)
Yeremia : “Lo tuh harus turutin omongan gue! Ngerti lo!”
(Yeremia meninggalkan Naura yang menunduk)
Sampai suatu saat, Rizky menghampiri Naura.
Rizky : “Naura!”
Naura : “Ada apa?” (nada tidak suka)
Rizky : “Gue mau ngomong sesuatu sama lo!”
Naura : “Lo mau ngomong apa? Mau jailin gue gimana lagi?”
Rizky : “Nggak, Ra. Ra!! Ra! Jangan lari”
(Rizky mengejar Naura)
Rizky : “Ra, stop sebentar, Ra!” (Rizky duduk menyender ke tembok. Rizky sesak nafas. Saat
Rizky ingin mengambil obatnya, obatnya terjatuh. Naura yang ragu akan menolong
Rizky atau tidak akhirnya meninggalkan Rizky)
Naura : “Ada apa?” (nada tidak suka)
Rizky : “Gue mau ngomong sesuatu sama lo!”
Naura : “Lo mau ngomong apa? Mau jailin gue gimana lagi?”
Rizky : “Nggak, Ra. Ra!! Ra! Jangan lari”
(Rizky mengejar Naura)
Rizky : “Ra, stop sebentar, Ra!” (Rizky duduk menyender ke tembok. Rizky sesak nafas. Saat
Rizky ingin mengambil obatnya, obatnya terjatuh. Naura yang ragu akan menolong
Rizky atau tidak akhirnya meninggalkan Rizky)
Sesuatu yang Naura ketahui terlambat adalah pada saat itu
juga Rizky tidak bisa menyelamatkan dirinya sendiri dan akhinrya meninggal.
Sampai suatu hari, Prishill, Riana, dan juga Yeremia mendatangi rumah Naura.
(Riana mengetuk pintu rumah Naura. Naura pun keluar)
Naura : “Kalian kok disini? Oh iya, gue mau minta maaf ya soal Rizky. Gue beneran gatau”
Prishill : “Udahlah. Kita kesini mau ngasih ini (Prishill ngasih kaset). Titipan dari Rizky. Kita
pergi ya”
Naura : “Eh! Tunggu! (Naura diam melihat kaset lalu masuk rumah)
(Naura duduk di ruang tamu dan memainkan kaset tersebut)
Naura : “Kalian kok disini? Oh iya, gue mau minta maaf ya soal Rizky. Gue beneran gatau”
Prishill : “Udahlah. Kita kesini mau ngasih ini (Prishill ngasih kaset). Titipan dari Rizky. Kita
pergi ya”
Naura : “Eh! Tunggu! (Naura diam melihat kaset lalu masuk rumah)
(Naura duduk di ruang tamu dan memainkan kaset tersebut)
Dalam
kaset….
Rizky :
“Hai, Naura! Ini gue Rizky. Pertama kali gue ngeliat lo, lo keliatannya anak nya asik. Gue juga tertarik buat temenan sama lo. Tapi, ternyata Prishill dan Riana, lo tau lah, mereka langsung bilang kalo mereka mau ngerjain lo selama lo di SMA ini. Gue sih gamau, tapi ya mau gimana lagi. Sorry ya, Ra. Gue liat lo dikerjain sama anak-anak, gue gatega, Ra. Gue pengen banget bantu lo, tapi pasti gue yang jadi dimusuhin sama mereka. Gue disini mau minta maaf ya, Ra. Maafin gue dan temen-temen gue yang jahatin lo. Gue sih Cuma mau bilang kalo lo jangan tanggepin mereka ya. Udah segitu aja, sampe ketemu di sekolah, Ra! Bye!”
“Hai, Naura! Ini gue Rizky. Pertama kali gue ngeliat lo, lo keliatannya anak nya asik. Gue juga tertarik buat temenan sama lo. Tapi, ternyata Prishill dan Riana, lo tau lah, mereka langsung bilang kalo mereka mau ngerjain lo selama lo di SMA ini. Gue sih gamau, tapi ya mau gimana lagi. Sorry ya, Ra. Gue liat lo dikerjain sama anak-anak, gue gatega, Ra. Gue pengen banget bantu lo, tapi pasti gue yang jadi dimusuhin sama mereka. Gue disini mau minta maaf ya, Ra. Maafin gue dan temen-temen gue yang jahatin lo. Gue sih Cuma mau bilang kalo lo jangan tanggepin mereka ya. Udah segitu aja, sampe ketemu di sekolah, Ra! Bye!”
penulis: Vania Riana R.
Komentar
Posting Komentar